Mewujudkan Impian Bertajuk Inovasi Karya: Annisa Afrilla

Mewujudkan Impian Bertajuk Inovasi

Karya: Annisa Afrilla


Saling menatap penuh tanya, semua berlarian menuju lapangan, mengabarkan lewat pesan-pesan kode dan suara. Aku pun segera berlari bersama dengan teman-teman, botol minum yang masih ku pegang, ku letakkan di atas meja berbahan kayu yang ada di kelas.

“Sebenarnya ada apa sih? Kok tumben banget jam segini sudah harus berbaris di tengah lapangan, padahal belum habis nih mie goreng ku,” kata Adit.

“Hadeehh!! Makan saja yang kau beratkan, yoklah!! Sebelum peluit Pak Rizky ikut meneriaki,” sahut ku sambil memperbaiki tali sepatu yang longgar

Hari itu menjadi hari yang penuh drama mengejutkan, seketika Kepala Sekolah SMAN 2 Kisaran sudah berdiri di pendopo siap memberikan arahan yang mengejutkan bagi kami. Tak ku sangka, seketika kami harus pulang sebelum jam pulang seperti biasanya. Sekolah tiba-tiba diliburkan dalam waktu 3 hari, penuh tanya dan saling menebak. Wajah heran sekaligus gembira terlihat di wajah semua teman-teman kelasku.

Kondisi saat itu memang mengejutkan, awalnya aku sangat menyesali, menyesali haruskah secepat ini dan haruskah terjadi. Lewat berbagai berita TV dan media sosial aku telusuri, Indonesia kini dalam kondisi mengejutkan, virus covid-19 yang sebelumnya ku dengar dari cerita temanku lewat media sosial negara China, kini telah tiba di Indonesia juga. Saat itu aku duduk di kelas 11 SMA menuju kenaikan kelas, masa-masa itu adalah masa keaktifan ku mengikuti berbagai kegiatan di sekolah, baik akademik maupun non akademik. Dua bulan yang lalu aku baru saja mengikuti perlombaan olimpiade matematika mewakili sekolah ku. Walaupun aku gagal, tapi banyak sekali manfaat yang aku dapatkan. Selain itu, aku juga baru menjadi bagian dari OSIS divisi sosial yang menjadi semangat membara bagiku, tapi sayang justru keaktifan itu harus dihentikan dan aku harus menetap di rumah.

Sepulang dari sekolah, ku buka whatsapp grup kelas, banyak argumen muncul tentang liburan dadakan ini. Aku memantaunya, lewat pesan chat, teman aku berkata,

“Udah guys ga perlu khawatir, kita di rumah aja kok wkwk, yeayy kita liburan panjangg!!” kata Anton

“Asikkkk, corona datang, liburan tiba!! Yakinlah bakal lama nihh liburannya, lanjut mabar kuy!!” sahut Yudho

“Yaelah kalian, ga asikkk tauuu, aku ga betah di rumah, ga dapat uang jajan, huhuuuu,” sela Naza

Sahut menyahut saling menyampaikan argumen, aku hanya bisa membaca chat mereka saja, tanpa berkomentar aku langsung mencari berita sebanyak-banyaknya. Dalam hati aku berkata, “Sepertinya bener, akan libur panjang. Huhh belum sanggup aku.”

Selang beberapa minggu kemudian, setelah mengerjakan tugas dari rumah, penjelasan guru harus lewat whatsaap grup dan google classroom. Aku terhentak, tiba-tiba pesan chat terusan dari Kepala Sekolah masuk ke grup kelas. Ternyata memang benar, liburan diperpanjang sampai waktu yang belum ditentukan. Seketika aku termenung, beberapa bulan lagi aku sudah naik kelas 12 SMA, itu adalah waktu ku untuk mempersiapkan segalanya menuju jenjang perkuliahan. Aku pun memutuskan untuk ngobrol bareng Ibu dan keluarga ku mengenai keinginan ku untuk berniat bimbel demi mempermudah mencapai tujuan ku. Alhamdulillah rezeki Ibu ada untukku, aku diberi kesempatan untuk daftar bimbel sekolah kedinasan dekat dengan sekolah ku. Sejak itu, aku mulai mengukir dan merangkai impian-impian ku, lalu menuliskan list target impian setahun kedepan menuju dunia perkuliahan. Pada saat itu juga, aku memberanikan diri untuk menempelkan tulisan impian-impian ku di dinding kamar, setiap malam aku memandangi tulisan-tulisan itu dan mulai memikirkan bagaimana usaha yang bisa aku lakukan untuk mewujudkan impian itu.

Nama ku Ica, aku adalah seorang pemimpi, besar harapan ku untuk bisa kuliah jauh merantau di Pulau Jawa. Aku berasal dari pulau Sumatra, keinginan ku untuk bisa lulus di Universitas favorit di Pulau Jawa menjadi tekad ku pada saat itu. Ada dua target yang aku inginkan, aku ingin lulus di Universitas favorit yaitu IPB University, Universitas Gadjah Mada, dan Sekolah Kedinasan STAN. Seiring dengan tujuan itu aku harus berjuang setiap hari dan berusaha produktif di rumah walaupun keadaan seperti ini.

Keesokan harinya, aku berangkat ke sekolah untuk mengantarkan tugas-tugas mingguan ke guru setiap mata pelajaran. Semua sudah tampak berbeda, masing-masing teman-teman ku mulai tampak sibuk dengan dunia baru, yaitu dunia daring yang harus dijalani. Sekumpulan teman-teman ku duduk di bawah pohon mangga dekat kantor Kepala Sekolah.

“Huh!! ga enak banget sih kayak gini, capek di rumah terus, malah gue disuruh-suruh lagi sama ibu, tiap hari harus bersihin rumah pagi-pagi. Kesel gue mahhh,” sambat Alya.

“Eehh lo piker lo aja, gue tiap hari disuruh bapak gue ngurusin ternak-ternaknya di kandang, sambil megang handphone periksa pesan masuk, gue sambil ngasih makan dah tu kambing-kambing, wkwkwk,” tambah Adit.

“Yaelah sudahlah, tak perlu dikeluhkan, toh juga dapat pahala kali,” sahut Rika

Sambil membawa tas berisikan buku-buku pelajaran, aku segera menghampiri mereka dan ikut mengobrol juga. Mereka tampak kesal dengan ekspresi wajah yang ku lihat.

“Halo guys, cerita apa sih? Udahlah ga usah sedih-sedih amat meratapi nasib ini wkwk. Oiya aku mau cerita deh sama kalian. Hmm kita kan udah kelas 12 nihh!! Kalian udah ada persiapan atau target apa gitu untuk lanjut ke dunia perkuliahan selanjutnya??”

“Eiya bener yaaa kita udah di penghujung kelas aja nihh!! Belum siap gue mah, kalau aku sih belum kepikiran apa-apa ya guys yaa. Tapi orang tua gue udah sibuk ngarahin gue masuk jurusan hukum, padahal gue ga pernah tau tuh tentang dunia hukum hahaha!!” ujar Alya

“Ihh keren tauuu jurusan hukum, aku pengen deh. Tapi kayaknya gue lebih tertarik sama dunia kesehatan gitu, yaa ga jauh-jauh sihh, sekitar kota Medan aja guys. Oiya kalau lo gimana ca, mau kemana?” tanya Rika padaku.

“Nah ini nihh!! Aku mau cerita ke kalian, aku tuh ga tau kenapa yaa jadi semangat banget mikirin masa depan. Alhamdulillah aku udah daftar bimbel sekolah kedinasan, aku ada dua target sihh, yang pertama aku pengen masuk universitas favorit di Pulau Jawa, ada dua pilihan nih, yaitu antara IPB atau UGM hehehe, terus untuk sekolah kedinasannya aku targetin STAN, hmm bismillah deh, pengen bangettt. Doain yaa guys,” sahutku.

“Hah!! lo mau masuk IPB atau UGM?? Sorry yaa, abang gue masuk IPB itu orang yang ga sembarangan loohh, jago bahasa Inggris dan dia itu pinter banget, susah lah masuk situ, berat bangett, yaa kayaknya ga mungkin deh yaa, jangan terlalu berharap, Ca!!” sambar Alya.

Seketika awan mendung dan petir menyambar, aku tertegun dengan kata-kata Alya, hati ini langsung robek, se-robek-robeknya. Apa iya aku bisa?? Apa iya aku tak pantas?? Apa iya aku tak usah terlalu berharap?? Aku menunduk mendengarkan ucapan itu, aku terdiam seakan-akan mulut ini terkunci dan berhenti berkomentar. Aku hanya tersenyum tipis melihat Alya dan teman-teman lainnya.

“Eeeh kamu ga boleh gitu dong, Al. Kita kan ga tau rezeki kita dimana, toh ini belum juga mulai kan perjuangan kita? Seharusnya kita dukung, bukan malah menjatuhkan. Gimana sihh kamu nih,” ucap Rika.

Tiba-tiba, Trengggg!! Bel berbunyi. Kami segera diperintahkan untuk kembali ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah, aku langsung memikirkan bagaimana strategi untuk mencapai impian itu dan berusaha ingin membuktikan ke orang-orang bahwa aku pasti bisa. Setiap hari, aku berangkat bimbel dari jam 2 siang sampai rumah saat adzan maghrib. Begitu setiap hari, aku terus semangat mencapai itu semua. Aku bukan berasal dari keluarga yang mewah, aku hanya seorang anak dari seorang ayah yang bekerja sebagai agen bahan bangunan dan ibu ku bekerja sebagai pedagang jamu keliling.

Tekad ku untuk merantau dan memutuskan memilih kampus favorit di Indonesia, karena aku ingin membanggakan kedua orang tua tanpa beban apapun, aku mulai mencoba daftar beasiswa pemerintah seiring menunggu pendaftaran ujian tertulis menuju kampus impian. Aku selalu overthinking, gimana cara ku mencapai cita-cita itu, tapi aku ga mau menyia-nyiakan kesempatan bimbel ku sat ini, aku terus berusaha belajar malam, siang dan sore untuk terus berjuang.

Tibalah saatnya aku mengikuti ujian tertulis itu, aku berangkat menuju kota Medan dan ujian di kampus Universitas Sumatra Utara, selama 2 hari aku menginap di sana. Rasanya campur aduk dan deg-degan harus bagaimana. Air mata tak tertahankan, sebelum masuk ruangan aku pun menelpon orang tua untuk meminta doa restu, dengan rasa percaya diri yang penuh, terus berdoa dan berdoa, akhirnya waktu ujian selesai. Setelah itu aku segera keluar ruangan ujian dan menangis sejadi-jadinya. Semua perjuangan ku di awal sudah aku kerahkan di waktu itu, sisanya aku serahkan pada Yang Maha Kuasa.

Setelah kembali ke rumah, aku menceritakan semua momen ujian itu kepada Ibu dan keluarga, dukungan orang tua dan keluarga ku sangat penting di setiap proses ini, aku terus meminta doa kepada mereka dengan tulus dan penuh harap, kini hanya doa yang bisa dilakukan, aku pun menunggu dalam waktu satu bulan untuk pengumuman kelulusan ujian itu.

Selama sebulan itu aku terus berdoa dan tetap melakukan usaha lainnya, aku juga mencoba daftar ujian mandiri universitas favorit lainnya, sebagai bentuk usaha lain jika aku dinyatakan tidak lulus. Sebulan penuh aku berdoa, ibadah yang kuat, berusaha berpikir positif, dan melakukan kebaikan-kebaikan kecil lainnya, seperti membantu teman, membantu keluarga, sedekah, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Hari demi hari aku jalani dengan semangat dan terus melakukan kegiatan positif lainnya.

Akhirnya, setelah sebulan menunggu, waktu pengumuman ujian pun tiba. Pagi itu aku bangun dengan semangat dan penuh harap, jendela-jendela ku buka dan aku menghirup udara segar yang sangat berbeda suasananya, aku mulai membereskan rumah dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Pengumuman itu akan tiba di pukul 15.00 WIB, sambil menunggu, aku mencoba menghubungi teman-teman kelas ku yang juga sedang menunggu pengumuman itu, satu persatu aku chat sekedar memberikan semangat serta harapan baik pada hari itu juga. Semua saling memberikan semangat, banyak ucapan dan doa-doa baik dari teman-teman ku, itu membuat aku semakin yakin bahwa rencana Allah pasti baik untuk ku apapun hasilnya nanti. Hati ini semakin ga karuan, rasanya seperti menunggu hasil keputusan masa depan yang berat, menit demi menit menuju pukul 15.00 WIB, aku segera mencari situs web alternatif untuk membuka hasil pengumuman itu, terus memantau pengumuman dengan rasa campur aduk.

“Lihat! Lima menit lagi jam tiga. Ayo sini, Nak!! Buka handphone-nya dan lihat situs web nya, bismillah yaa apapun hasilnya itu yang terbaik, Ibu yakin pasti kamu lulus.”

Seketika ucapan itu membuat hati ini tenang, deg-degan berkurang, semua keluarga ku mendukung. Aku, ibu, ayah, kakak, dan adik duduk di ruangan tengah. Saling menatap dan memberikan harapan pada ku, aku mulai semakin tidak sabar pada hasilnya. Seketika lima menit berlalu, tepat pukul 15.00 WIB tiba, aku langsung membuka situs web pengumuman itu semuanya menatap dan terlihat serius Ketika aku membuka situsnya, tangan ku mulai bergetar tak terkendali, jantungku rasanya mau copot, satu klik menuju hasilnya aku mulai membaca bismillah, ketika ku pencet tombol klik itu seketika mata ini berbinar syahdu, tampilan berwarna hijau besertakan barcode ikut menghiasi, nama universitas itu muncul, ya Allah impian ku terwujud, aku lulus di IPB University sebagai kampus pilihan pertama ku, aku seketika nangis sejadi-jadinya dan lansgung berkata,

“Alhamdulillah, aku lulus masuk IPB, Ayah, Ibu!! Impian ku tercapai, aku kuliah di Jawa!! Huhuuuuuu,” kata ku sambil mengusap pipi penuh air mata yang banyak berjatuhan.

“Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, selamat ya nak, kamu hebat udah bisa membuktikan hasil perjuanganmu, ga sia-sia perjuanganmu, Nak! Ibu bangga dengan mu,” sahut Ibu.

Pada hari itu juga pengumuman beasiswa pemerintah yang ku daftarkan. Lagi-lagi aku sujud syukur, aku lulus beasiswa itu, full biaya kuliahdan ada biaya tambahan untuk hidup setiap bulannya. Rasanya engga karuan, pada hari itu juga aku mendapatkan berita-berita menggembirakan, aku seperti dihujani impian-impian ku selama ini. Rasanya semakin berbinar dan nangis sekuat-kuatnya. Suasana yang sebelumnya penuh harap dan penuh ketegangan, kini berubah menjadi suasana tangis, kakak dan adikku ikut menangis, ibu juga menangis sejadi-jadinya, mereka terlihat bangga dan penuh haru, ayah ku pun segera menelpon abangku yang ada di luar kota, abangku pun turut bangga dan semua berkaca-kaca menumpahkan semua air mata dengan rasa kebahagiaan. Aku pun segera menyalami ayah dan ibu, mengucapkan terima kasih atas segala doa dan dukungannya, kini aku sudah menjadi mahasiswa atas doa-doa banyak orang selama ini. Rasa itu seperti kebahagiaan luar biasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya,

“Terima kasih, ya Allah, Engkau menjawab segala doa-doa ku selama ini, semoga impian ini menjadi takdir terbaik ku nantinya,” ucap ku dengan mata yang masih sembab

Penuh haru kebahagiaan, aku juga segera menghubungi teman-teman ku, ingin mendengar kabar baik dari teman-teman kelas ku. Alhamdulillah teman-teman dekat ku juga lulus, Adit, Rika, Alya juga lulus, aku senang sekali, kami bisa mewujudkan impian-impian kami, rasanya penuh kebahagiaan di hari itu. Malam harinya, aku memutuskan untuk mentraktir kakak, adik, dan ibu ku untuk makan di luar, dengan uang tabunganku aku mengajak mereka makan mie rebus di pinggir jalan dekat rumah ku, walaupun hanya mie rebus dan minum jus tapi momen itu seperti bahagia sekali rasanya, penuh tawa dan mata berbinar ceria, rasa syukur ini sangat menghiasi di hari itu. Tak menyangka, aku seorang anak dari keluarga sederhana bisa lulus masuk kampus favorit di Indonesia, merantau ke Pulau Jawa, dan lulus beasiswa pemerintah.

Seminggu setelah hari pengumuman itu, aku mendapat kabar dari teman organisasi ku, seketika aku kaget, bahwa ia ternyata masih berjuang menggapai impiannya, dia tidak lulus di ujian tertulis dan ujian mandiri di berbagai universitas yang diimpikannya. Kabar ini tentu membuat kaget, rasanya kasihan banget, aku sangat bersyukur sudah ada di posisi ini, ternyata masih banyak teman-teman ku yang gagal dalam prosesnya, ditolak mentah-mentah oleh berbagai kampus. Aku tau perjuangan dia sudah cukup baik, tetapi yang ku tau dia emang bukan anak bimbel seperti ku bahkan masih kesulitan mencari berbagai informasi seluas-luasnya. Di lain cerita, aku mendengar kabar dari teman SMP ku yang tinggal di sebuah desa jauh dari rumahku, ternyata dia juga sama, nangis sejadi-jadinya karena ditolak berbagai universitas impiannya, beliau sangat terbatas, akses menuju ke sekolah juga sangat sulit, informasi seluas-luasnya juga sulit ia dapatkan, karena ia tinggal jauh dari kota.

Sebulan kemudian, aku berpikir mendalam, aku berdiam di kamar dan tak sadar aku melamun memikirkannya, bagaimana nasib teman-teman ku untuk kedepannya, mereka belum menjadi mahasiswa, ini membuat terenyuh dan merasa ingin membantu mereka, tapi apa yang bisa ku lakukan dalam hal ini

“Duaarrr!! Wkwkwk,” sambar kakak ku yang mengejutkan ku dari belakang

“Astaghfirullah, Kakak!! Kenapa sihhh hobinya usil teruss, huhhh,” sahut ku sambil mengelus-ngelus dada yang hampir copot tuh jantungnya.

“Wkwkwkwk, yaelah biasa aja kali, ini nihh bantu kakak deh, ini ada aplikasi bagus banget, tapi kesel banget ada beberapa fitur yang informasinya ga lengkap, jadi bikin setengah kesell. Oiya dek, kemarin kasihan deh denger cerita dari temen kakak, adiknya itu ga lulus kuliah gitu, katanya karena kurang akses belajar dan ga punya teman yang bisa membantu dia atau yaa sekedar belajar bareng gitu, kasihan yaah.”

“Haduhh datang-datang udah pake segala ngeluh dan banyak cerita lagiii, males dehh!!”

“Ihhh kamuuuu”

“Heheheh canda kak, iya kak aku juga tadi dapet info dari temen-temen SMP dan SMA, mereka ditolak berbagai kampus, rasanya pengen bantu deh kak, tapi bagaimana yaa??” sahut ku sambil memegang bantal dan menopang kepala.

Dubrakkk!!! Tiba-tiba buku-buku di rak lemari ku berjatuhan dan entah kenapa seketika aku dapat ide cemerlang.

“Eh bentar-bentar, Kak. Humm, gimana kalau kita buat inovasi baru berbasiskan aplikasi, zaman sekarang kan serba daring dan harus melek teknologi gitu, aku jadi dapet ide nihh dari permasalahan aplikasi handphone kakak itu, gimana kalau buat aplikasi yang bisa memudahkan temen-temen menuju jenjang kuliah!! Yaa dengan menyediakan informasi seluas-luasnya mengenai info dunia kampus, info materi belajar, buat grup khusus temen-temen se-Indonesia gitu, Kak. Ihhh seru deh!! Dan nanti aku bisa share juga tuh pengalaman aku, materi belajar dari bimbel aku jugaa, yeeeyy dapat juga ide ini,” sahut ku dengan nada gembira

“Wahh bagus dek ide kamu, hayukk kembangin. Tapi maaf yaa kakak sepertinya ga bisa bantu banyak, mungkin kakak bisa bantu share informasi aplikasinya aja nanti hehehe, kamu sana gih!! Ajak temen-temen kamu yang lain, kalian bisa kerja sama kan untuk mengembangkan inovasi itu.”

“Hadehhh kirain mau bantu, ok deh kak siappp, aku jadi semnagat nihhh, aku cuss deh ke rumah Alya biar ngobrol bareng mereka, ada adit, rika, dan lain-lain hehehe.”

“Nah gitu, dong!!! Ahahhaha.”

Segera aku ambil tas di lemari dan memakai jaket di belakang pintu kamarku, bergegas aku simpan handphone di dalam tas itu.

“Ya, Kak. Yasudah aku pergi dulu yaaa, dadaahh, Kak!! Makasih udah bantu nemuin ide nyaa, hehehhe.”

Dengan muka heran dna melihat kesal buku-buku yang masih berserakan, kakak ku berkata, “Hadehhh!! Okelah, hati-hati yaa!! Terus siapa yang beresin buku-buku ini, Dek??”

Aku segera berlari dan pergi menuju Alya. Sesampai di rumah Alya, aku pun segera menceritakan semua ide yang ada di pikiranku, tak ku sangka mereka mendukung dan mau membantu, aku seneng sekali, akhirnya aku bisa bantu teman-teman lain untuk bisa berkembang dan menggapai impian-impian mereka.

Sebulan lamanya kami menyusun konsep, menganalisi fitur-fitur aplikasi, dan membuat aplikasi bareng-bareng. Kebetulan Adit teman aku termasuk yang jago di dunia komputer, aku pun membagi tugas bersemangat bersama teman-teman lainnya. Akhirnya tak terasa setelah berbagai pertimbangan, sebuah aplikasi yang kami beri nama “GOCAMZIL: Go to Campus Zilenial” ini sudah rilis dan kami segera melakukan promosi ke teman-teman kami melalui media sosial. Alhamdulillah sekitar dua minggu, aplikasi GOCAMZIL sudah banyak diunduh oleh banyak para pelajar dari berbagai daerah di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, aplikasi kami mulai digunakan oleh banyak pelajar di berbagai kalangan. Aku, Adit, Alya, dan Rika menikmati proses itu hanya untuk mencoba membantu teman-teman, kami tak menyangka inovasi yang kami kembangkan ini menjadi wadah bermanfaat untuk banyak orang. Harapannya, melalui aplikasi ini semua pelajar Indonesia yang ingin lanjut ke jenjang perkuliahan diberikan kemudahan akses informasi dan mewujudkan impian mereka untuk masuk kampus impian. Sesuai dengan Namanya, GOCAMZIL: Go to Campus Zilenial yang artinya menuju kampus zilenial, yaitu generasi masa sekarang yang sering disebut kamu zilenial. Rasanya bangga dan semoga aplikasi ini bisa membuat banyak lagi fitur-fitur tambahan sesuai harapan pelajar Indonesia.

 amikom.ac.id

Kisaran, 27 Juli 2022

Cerpen oleh Annisa Afrilla

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Menghadapi Transisi dari Masa SMA ke Masa Kuliah

Pencari Asa Murni

Amanah Tidak Salah Memilih Pundak